KOMISI X MINTA PEMDA SEGERA REALISASIKAN PERPUSTAKAAN DI DESA TERPENCIL
Komisi X DPR RI meminta Kepala Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk segera merealisasikan perpustakaan di desa terpencil.
Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalteng Moses Nicodemus, program mendirikan Perpustakaan Desa sebanyak 1,441 buah. Namun sampai akhir tahun 2010, yang dapat terealisasi baru sebanyak 124 desa.
“Ini berarti masih ada kekurangan sebanyak 1.317 desa lagi yang belum terealisasi,” kata anggota Komisi X DPR Irsal Yunus saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalteng, Sabtu (18/12).
Irsal menambahkan, untuk dapat merealisasikan seluruh desa bukanlah hal yang mudah dilakukan dan ini perlu kerja keras dari perangkat desa dan seluruh pihak yang terkait. Untuk mempercepat terwujudnya perpustakaan desa ini, Badan Perpustakaan Daerah tentunya harus berkoordinasi dengan berbagai pihak dan juga melibatkan masyarakat.
Menurutnya, program yang dicanangkan untuk mendukung program Kalteng Harati ini jika berhasil terealisasi di seluruh desa, sangat baik sekali dijadikan contoh bagi daerah-daerah lainnya.
Sementara anggota dari Fraksi Partai Golkar Oelfah A. Syahrullah Harmanto menyangsikan data pengunjung yang ada di perpustakaan tersebut. Data tersebut menyebutkan rata-rata pengunjung perpustakaan pada tahun 2009 per bulan mencapai 8.415 orang atau 323 orang per hari. Sedangkan tahun 2010, rata-rata pengunjung perpustakaan per bulan 8.632 orang atau rata-rata per hari 332 orang.
“Apakah dalam sehari sebesar itu jumlah pengunjungnya. Padahal saya melihat sendiri saat berkeliling hanya ada dua orang. Di perpustakaan Makassar saja yang lebih besar dari perpustakaan Kalimantan Tengah jumlah pengunjungnya tidak sebanyak itu,” katanya.
Moses Nicodemus mengatakan, memang diperlukan kerja keras untuk dapat merealisasikan perpustakaan di 1.441 desa. Namun dia optimis sedikit demi sedikit angka tersebut akan tercapai. Karena melalui perpustakaan desa ini diharapkan masyarakat di desa tertinggal bisa cerdas.
Moses menyebutkan, saat ini sudah terbangun 124 Perpustakaan Desa dari total target sebanyak 1.441. “Jadi, yang tersisa sebanyak 1.317, sekitar 80 persen yang seluruhnya berada di desa tertinggal,” katanya.
Menurutnya, program tersebut erat kaitannya dalam mendukung dan mewujudkan Kalteng Harati. Program perpustakaan disusun fokus pada pembangunan dan pengembangan Perpustakaan Desa serta pengembangan dan pembangunan perpustakan kabupaten/kota dan provinsi.
Dikatakannya, untuk melakukan itu harus ada program prioritas, yaitu pembentukan kelembagaan di 1.317 desa yang belum terbangun, oganisasi dan tata kerjanya, penyediaan koleksi buku, serta sarana dan prasarana. “Sedangkan, peningkatan kualitas pengelolaan perpustakaan dilakukan melalui bimbingan teknis dan diklat,” ujarnya.
Dalam teknis pengelolaan, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalteng melibatkan pemerintah kabupaten/kota. Khusus untuk perpustakaan kabupaten/kota dan provinsi, rencananya akan dikembangkan pelayanan prima.
Meski demikian, Moses tidak memerinci tahapannya. Dana pembangunan perpustakaan desa tersebut bersumber pada APBN, APBD provinsi, maupun APBD kabupaten/kota dan dari berbagai stakeholder.
Menanggapi keraguan data pengunjung, menurut Moses letak perpustakaan di Provinsi Kalteng sangat strategis,, dikelilingi sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi. Menurutnya pada jam-jam sekolah perpustakaan ini ramai dikunjungi.
Sementara Kepala Bidang Perencanaan Perpustakaan Nasional Darmadi menjelaskan, pada 2011, program tahun 2010 tetap dilanjutkan, salah satunya Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Desa, dan Electronic Library. “Program Electronic Library terus ditingkatkan sebagai prioritas nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) II Tahun 2014,” kata Darmadi. (tt)